Jumaat, 25 Februari 2011

Ikhlas


Kedudukan Ikhlas

Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Kita tidak boleh dianggap beragama dengan benar jika tidak ikhlas. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162).

Surat Al-Bayyinah ayat 5 menyatakan, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan betul.” Rasulullah saw. bersabda, “Ikhlaslah dalam beragama; cukup bagimu amal yang sedikit.”

Tatkala Jibril bertanya tentang ihsan, Rasul saw. berkata, “Engkau beribadah kepada Allah seolah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu.”

Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.”

Imam Syafi’i pernah menasihati temannya, “Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.”

“Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.”

Makna Ikhlas

Dari segi bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka sesiapa yang ikhlas adalah mereka yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.

Sedangkan dari segi istilah, ikhlas bererti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain.

Keikhlasan menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah,dan segala pengorbanan tidak terasa susah. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan menyebabkan amal tidak nikmat.

Rukun Bagi Amalan Yang Diterima

Setiap amal soleh mempunyai dua rukun. Allah swt tidak menerima sesuatu amalan melainkan jika memenuhi dua rukun tersebut iaitu :

pertama : ikhlas
kedua : bertepatan dengan sunnah dan syara’

Dengan rukun yang pertama tercapailah kesahihan batin dan dengan yang kedua tercapailah kesahihan lahir. Berkenaan dengan rukun yang pertama Rasulullah saw telah bersabda yang bermaksud :
“Sesungguhnya setiap amalan itu bergantung kepada niat.”


Tiada ulasan: